Bukti Pengakuan Raja Heraclius Tentang Muhammad Saw





Pada masa Perjanjian Hudaibiyah atau gencatan senjata antara kaum muslimin dan musyrikin Quraisy, Rasulullah saw mengutus beberapa sahabat. Mereka dikirim kepada raja-raja bangsa Arab dan non-Arab untuk menyeru Al-Islam. Salah satu sahabat yang diutus adalah Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi. Ia ditugaskan untuk menyampaikan surat dakwah kepada Heraclius, Kaisar Romawi.







Dihyah pun diterima oleh Heraclius dengan sangat baik. Kemudian ia menyampaikan surat dakwah dari Rasulullah saw kepada sang Kaisar Romawi


Bukti Pengakuan Raja Heraclius Tentang Muhammad Saw [ www.BlogApaAja.com ]
SURAT RASULULLAH PADA RAJA HERACLIUS




Setelah Heraclius membaca pesan Rasulullah saw, ia segera menyuruh pengawalnya untuk mencari orang-orang yang mengenal Muhammad. Saat itu Abu Sufyan berada di sana bersama serombongan kafilah dagang Quraisy.







Para pengawal kerajaan pun melaporkan keberadaan Abu Sufyan dan teman-temannya kepada sang kaisar. Kemudian dipanggillah Abu Sufyan yang masih membenci Islam bersama teman-temannya ke hadapan Kaisar Romawi tersebut.







Abu Sufyan dan teman-temannya datang menghadap Heraclius. Dengan didampingi seorang penerjemah, sang Kaisar mengawali pembicaraan dengan pertanyaan, "Siapa di antara kalian yang paling dekat garis keturunannya dengan orang yang mengaku sebagai nabi ini?"





Abu Sufyan menjawab, "Saya, Tuan!"





Kemudian terjadilah dialog di antara keduanya di hadapan para petinggi istana kekaisaran Romawi. Berikut ini dialog yang diceritakan langsung oleh Abu Sufyan dan diriwayatkan kembali oleh Bukhari.





Heraclius : "Bagaimana kedudukan keluarganya di antara kalian?"





Abu Sufyan : "Ia berasal dari keturunan bangsawan."





Heraclius : "Adakah di antara keluarganya mengaku Nabi?"





Abu Sufyan : "Tidak."





Heraclius : "Adakah di antara nenek moyangnya yang menjadi raja atau kaisar?"





Abu Sufyan : "Tidak ada."





Heraclius : "Apakah pengikut agamanya itu orang kaya ataukah orang kebanyakan?"





Abu Sufyan : "Pengikutnya adatah orang lemah, miskin, budak, dan wanita muda."





Heraclius : "Jumlah pengikutnya bertambah atau berkurang?"





Abu Sufyan : "Terus bertambah dari waktu ke waktu."





Heraclius : "Setelah menerima agamanya, apakah pengikutnya itu tetap setia kepadanya ataukah merasa kecewa, lalu meninggalkannya?"





Abu Sufyan : "Tidak ada yang meninggalkannya."





Heraclius : "Sebelum dia menjadi nabi, apakah dia suka berdusta?"





Abu Sufyan : "Tidak pernah."





Heraclius : "Pernahkah orang itu ingkar janji atau mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya?"





Abu Sufyan : "Tidak pernah. Kami baru saja melakukan perjanjian gencatan senjata dengannya dan menunggu apa yang akan diperbuatnya."





Heraclius : "Pernahkah engkau berperang dengannya?"





Abu Sufyan : "Pernah."





Heraclius : "Bagaimana hasilnya?"





Abu Sufyan : "Kadang-kadang kami yang menang, kadang-kadang dia yang lebih baik daripada kami."





Heraclius : "Apa yang dia perintahkan kepadamu?"





Abu Sufyan : "Dia hanya memerintahkan kami untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun, meninggalkan takhayul dan kepercayaan leluhur kami, mengerjakan shalat, membayar zakat dan berbuat baik kepada fakir miskin, bersikap jujur dan dapat dipercaya, memelihara apa yang dititipkan kepada kita dan mengembalikan dengan utuh, memelihara silaturrahim dengan semua orang, dan yang paling penting dengan keluarga sendiri."







Lalu, seperti dikisahkan oleh Abu Sufyan r.a, Heraclius memberikan tanggapan sebagai berikut melalui penerjemahnya.


Bukti Pengakuan Raja Heraclius Tentang Muhammad Saw [ www.BlogApaAja.com ]
SURAT BALASAN RAJA HERACLIUS KEPADA RASULULLAH




Heraclius : "Aku bertanya kepadamu tentang silsilah keluarganya dan kau menjawab dia adalah keturunan bangsawan terhormat. Nabi-nabi terdahulu pun berasai dari keluarga terhormat di antara kaumnya.





Aku bertanya kepadamu apakah ada di antara keluarganya yang menjadi nabi, jawabannya tidak ada. Dari sini aku menyimpulkan bahwa orang ini memong tidak dipengaruhi oleh siapa pun dalam hal kenabian yang diikrarkannya, dan tidak meniru siapa pun dalam keluarganya.





Aku bertanya kepadamu apakah ada keluarganya yang menjadi raja atau kaisar. Jawabannya tidak ada. Jika ada leluhurnya yang menjadi penguasa, aku beranggapan dia sedang berusaha mendapatkan kembali kekuasaan leluhurnya.





Aku bertanya kepadamu apakah dia pernah berdusta dan ternyata menurutmu tidak pernah. Orang yang tidak pernah berdusta kepada sesamanya tentu tidak akan berdusta kepada Allah.





Aku bertanya kepadamu mengenai g

Follow On Twitter