Hadi Nahrowi (49) sopir mobil Daihatsu Hijet 1000 yang menewaskan sembilan warga Dukuh Karangturi, Desa Turus, Kecamatan Kemiri, Purworejo, tak bisa menyembunyikan raut sedihnya. Tak hanya duka, ia juga memendam rasa sakit karena tulang bahu kirinya patah dan paru - parunya juga terluka akibat dadanya terbentur kemudi mobil saat kendaraannya terjun ke jurang.
Dari sembilan korban tewas, dua diantaranya merupakan orang - orang yang paling disayanginya, yakni Barsi (50) istrinya, dan Ny Besar (70) ibu kandungnya. "Saya hanya bisa pasrah atas musibah ini. Saya serahkan semua cobaan ini kepada Allah. Saya juga pasrah jika nantinya harus ditetapkan sebagai tersangka," ujarnya lirih saat dirawat RSUD Saras Husada Purworejo, Selasa (12/6).
Dengan menahan sakit, ia menuturkan kisah awal terjadinya musibah tersebut. Ia mengaku tidak memiliki firasat apapun sebelum kejadian. Mobil Hijet tahun 1984 miliknya yang baru dibeli setahun lalu dari saudaranya seharga Rp 10 juta juga dalam keadaan normal. Malam sebelumnya mobil bahkan digunakan mengangkut warga ke Desa Girimulyo, Kemiri, untuk acara Kliwonan dan tidak mengalami masalah sedikit pun.
Saat hendak berangkat ke Kantor Kecamatan Kemiri untuk rekam data E-KTP semula penumpang hanya 10, namun bertambah tujuh hingga jumlah penumpang 17 termasuk sopir. Kendaraan juga nampak normal - normal saja. Namun kendaraan baru beberapa meter setelah melewati balai desa di tengah - tengah jalanan menurun, tiba - tiba rem blong. Kendaraan pun sulit dikendalikan dan melaju kencang apalagi semua penumpang menjerit ketakutan minta tolong. Ia mengaku semakin panik. Saking paniknya hingga ia tak mampu lagi berpikir.
"Saat mobil meluncur kencang ke bawah, tepat di tengah - tengah turunan rem saya injak sudah blong tidak makan. Waktu itu masuk gigi dua, niat saya mau dioper ke gigi satu. Namun tidak sampai dioper mobil sudah terjun ke jurang. Saya sampai kehabisan akal. Kendaraan sudah sulit dikendalikan," ujarnya.
Hadi mengaku, saat mengendarai mobil ia sudah menguasainya benar. Ia juga sudah memiliki SIM. Hanya saat terjadi kecelakaan, SIM tidak dibawa.
Warga Tahlilan Bareng
Kecelakaan tragis mobil Hijet 1000 yang masuk ke jurang dan menewaskan sembilan orang membuat suasana Desa Turus, Kecamatan Kemiri, Purworejo, Selasa (12/6) masih diselimuti duka. Semua korban sudah dimakamkan, sedangkan delapan korban lain hingga kemarin masih dirawat di RSUD Saras Husada Purworejo.
Kepala Desa Turus, Rohani didampingi Sekretaris Desa Purnomo, di sela - sela pemakaman korban Sumarmi menjelaskan, Pemerintah Desa Turus menyelenggarakan acara tahlilan bersama selama tujuh hari berturut - turut dan dipusatkan menjadi satu di masjid desa. "Karena waktunya tidak cukup bila acara tahlilan digelar satu persatu. Akhirnya disepakati dan demi kemaslahatan dilaksanakan di satu tempat, yakni di masjid desa," imbuhnya.
Purnomo menjelaskan, kecelakaan tragis itu menjadi duka yang mendalam bagi warga di desa dengan jumlah penduduk 460 KK itu. "Rasanya kami masih belum percaya dengan adanya musibah yang menyebabkan sembilan warga kami meninggal dunia bersamaan karena kecelakaan yang lokasinya di desa sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Polda Jateng menerjunkan tim Traffic Accident Analyst (TAA) untuk menyelidiki secara lebih detail terjadinya musibah tersebut, Selasa (12/6). Tim TAA Polda dipimpin Kasi Laka Ditlantas Polda Jateng Kompol Nicholas Dedy.
Di lokasi kejadian, tim melakukan proses fotogrametri atau pemetaan, dengan cara mengumpulkan sejumlah referensi termasuk pengukuran teretris. Mulai dari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga pengukuran batas tanah di sekitar lokasi kejadian.
Dengan peralatan sangat lengkap, tim secara detail mempelajari kronologis insiden kecelakaan bahkan mulai titik nol keberangkatan mobil Daihatsu Hijet 1000 bernopol AA 8693 DC dari rumah Hadi Nahrowi hingga titik kecelakaan. Hasil pengukuran dan referensi foto yang diambil di lapangan akan digunakan untuk proses penyidikan lebih lanjut.
"Hingga saat ini kasus ini masih dalam proses penyidikan. Jadi saya tidak bisa memberikan penjelasan banyak. Saya hanya bisa menyebutkan apa yang kami lakukan disini sebagai proses fotogrameteri," jelas Kompol Nicholas Dedy.
Kasat Lantas Polres Purworejo AKP Sutoyo SH saat didampingi tim TAA Polda Jateng menyebutkan, hingga kini pihaknya belum menetapkan sang sopir mobil Daihatsu Hijet 1000 sebagai tersangkanya dalam kasus kecelakaan tunggal itu. "Sejauh ini kami masih terus melakukan proses penyelidikan. Selain rem blong, kapasitas mobil yang seharusnya maksimal diisi delapan orang, namun saat kejadian terisi 17 orang juga bisa menjadi faktor penyebab lain. Semua masih diselidiki bersama tim dari Polda Jateng," jelas Kasatlantas.
Sedangkan delapan korban yang masih menjalani perawatan di RSUD Saras Husada Purworejo akan mendapatkan biaya pengobatan dan perawatan gratis. Para korban memang berhak mendapatkan pelayanan gratis karena mereka berniat menyukseskan program pemerintah dalam pembuatan E-KTP.
Direktur RSUD Saras Husada, drg Gustanul Arifin Mkes mengatakan pihaknya akan mengupayakan pembebasan dari segala biaya perawatan dan pengobatan selama pasien korban kecelakaan di Desa Turus dirawat di RSUD Saras Husada.
Dari sembilan korban tewas, dua diantaranya merupakan orang - orang yang paling disayanginya, yakni Barsi (50) istrinya, dan Ny Besar (70) ibu kandungnya. "Saya hanya bisa pasrah atas musibah ini. Saya serahkan semua cobaan ini kepada Allah. Saya juga pasrah jika nantinya harus ditetapkan sebagai tersangka," ujarnya lirih saat dirawat RSUD Saras Husada Purworejo, Selasa (12/6).
Dengan menahan sakit, ia menuturkan kisah awal terjadinya musibah tersebut. Ia mengaku tidak memiliki firasat apapun sebelum kejadian. Mobil Hijet tahun 1984 miliknya yang baru dibeli setahun lalu dari saudaranya seharga Rp 10 juta juga dalam keadaan normal. Malam sebelumnya mobil bahkan digunakan mengangkut warga ke Desa Girimulyo, Kemiri, untuk acara Kliwonan dan tidak mengalami masalah sedikit pun.
Saat hendak berangkat ke Kantor Kecamatan Kemiri untuk rekam data E-KTP semula penumpang hanya 10, namun bertambah tujuh hingga jumlah penumpang 17 termasuk sopir. Kendaraan juga nampak normal - normal saja. Namun kendaraan baru beberapa meter setelah melewati balai desa di tengah - tengah jalanan menurun, tiba - tiba rem blong. Kendaraan pun sulit dikendalikan dan melaju kencang apalagi semua penumpang menjerit ketakutan minta tolong. Ia mengaku semakin panik. Saking paniknya hingga ia tak mampu lagi berpikir.
"Saat mobil meluncur kencang ke bawah, tepat di tengah - tengah turunan rem saya injak sudah blong tidak makan. Waktu itu masuk gigi dua, niat saya mau dioper ke gigi satu. Namun tidak sampai dioper mobil sudah terjun ke jurang. Saya sampai kehabisan akal. Kendaraan sudah sulit dikendalikan," ujarnya.
Hadi mengaku, saat mengendarai mobil ia sudah menguasainya benar. Ia juga sudah memiliki SIM. Hanya saat terjadi kecelakaan, SIM tidak dibawa.
Warga Tahlilan Bareng
Kecelakaan tragis mobil Hijet 1000 yang masuk ke jurang dan menewaskan sembilan orang membuat suasana Desa Turus, Kecamatan Kemiri, Purworejo, Selasa (12/6) masih diselimuti duka. Semua korban sudah dimakamkan, sedangkan delapan korban lain hingga kemarin masih dirawat di RSUD Saras Husada Purworejo.
Kepala Desa Turus, Rohani didampingi Sekretaris Desa Purnomo, di sela - sela pemakaman korban Sumarmi menjelaskan, Pemerintah Desa Turus menyelenggarakan acara tahlilan bersama selama tujuh hari berturut - turut dan dipusatkan menjadi satu di masjid desa. "Karena waktunya tidak cukup bila acara tahlilan digelar satu persatu. Akhirnya disepakati dan demi kemaslahatan dilaksanakan di satu tempat, yakni di masjid desa," imbuhnya.
Purnomo menjelaskan, kecelakaan tragis itu menjadi duka yang mendalam bagi warga di desa dengan jumlah penduduk 460 KK itu. "Rasanya kami masih belum percaya dengan adanya musibah yang menyebabkan sembilan warga kami meninggal dunia bersamaan karena kecelakaan yang lokasinya di desa sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Polda Jateng menerjunkan tim Traffic Accident Analyst (TAA) untuk menyelidiki secara lebih detail terjadinya musibah tersebut, Selasa (12/6). Tim TAA Polda dipimpin Kasi Laka Ditlantas Polda Jateng Kompol Nicholas Dedy.
Di lokasi kejadian, tim melakukan proses fotogrametri atau pemetaan, dengan cara mengumpulkan sejumlah referensi termasuk pengukuran teretris. Mulai dari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga pengukuran batas tanah di sekitar lokasi kejadian.
Dengan peralatan sangat lengkap, tim secara detail mempelajari kronologis insiden kecelakaan bahkan mulai titik nol keberangkatan mobil Daihatsu Hijet 1000 bernopol AA 8693 DC dari rumah Hadi Nahrowi hingga titik kecelakaan. Hasil pengukuran dan referensi foto yang diambil di lapangan akan digunakan untuk proses penyidikan lebih lanjut.
"Hingga saat ini kasus ini masih dalam proses penyidikan. Jadi saya tidak bisa memberikan penjelasan banyak. Saya hanya bisa menyebutkan apa yang kami lakukan disini sebagai proses fotogrameteri," jelas Kompol Nicholas Dedy.
Kasat Lantas Polres Purworejo AKP Sutoyo SH saat didampingi tim TAA Polda Jateng menyebutkan, hingga kini pihaknya belum menetapkan sang sopir mobil Daihatsu Hijet 1000 sebagai tersangkanya dalam kasus kecelakaan tunggal itu. "Sejauh ini kami masih terus melakukan proses penyelidikan. Selain rem blong, kapasitas mobil yang seharusnya maksimal diisi delapan orang, namun saat kejadian terisi 17 orang juga bisa menjadi faktor penyebab lain. Semua masih diselidiki bersama tim dari Polda Jateng," jelas Kasatlantas.
Sedangkan delapan korban yang masih menjalani perawatan di RSUD Saras Husada Purworejo akan mendapatkan biaya pengobatan dan perawatan gratis. Para korban memang berhak mendapatkan pelayanan gratis karena mereka berniat menyukseskan program pemerintah dalam pembuatan E-KTP.
Direktur RSUD Saras Husada, drg Gustanul Arifin Mkes mengatakan pihaknya akan mengupayakan pembebasan dari segala biaya perawatan dan pengobatan selama pasien korban kecelakaan di Desa Turus dirawat di RSUD Saras Husada.