Jika Anda sedang berwisata atau jalan-jalan di wilayah Jawa Tengah, tentu anda akan mudah menemukan angkringan. Bagi yang belum familiar dengan istilah ini, angkringan yaitu sebutan untuk sebuah gerobak dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasanya ada di setiap pinggir ruas jalan di sekitaran Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Biasanya gerobak angkringan ini ditutupi dengan kain terpal plastik dan mampu memuat sekitar delapan orang pembeli. Buka mulai sore hari, angkringan mengandalkan penerangan tradisional yaitu senthir, dan juga dibantu terangnya lampu jalanan.
Angkringan biasanya menjual beraneka makanan di antaranya nasi kucing, gorengan, sate usus (ayam), sate telur puyuh, keripik dan masih banyak lagi. Untuk minumanpun yang dijual beraneka macam seperti teh, jeruk hangat, kopi, wedang jahe, tape, dan susu. Semuanya dijual dengan harga terjangkau pastinya.
Fakta membuktikan bahwa popularitas angkringan tak hanya menggaung di Jawa Tengah. Sekarang ini, juga sudah marak hingga Pekanbaru. Sekarang ini angkringan menjadi bisnis menggiurkan yang menjanjikan keuntungan belasan hingga puluhan juta rupiah. Mungkin anda tidak percaya.
Seorang pelaku usaha angkringan bernama Lutfi mengatakan, bisnis angkringan bisa meraup omzet berkisar Rp18,2 juta sampai Rp26 juta dalam satu bulan, padahal usaha jajanan rakyat itu masih tergolong baru di Pekanbaru. "Bahkan, saya berencana untuk membuka cabang angkringan ketiga di Pekanbaru," tuturnya, yang mengelola "Anglo Angkringan" ini.
Lutfi mengatakan bahwa memulai keberhasilan bisnis angkringan di daerah perantauan adalah mempertahankan orisinalitas makanan suatu daerah. Intinya, bisnis angkringan bukan sekadar menjual makanan khas seperti tempe bacem, nasi kucing, aneka minuman kopi dan wedang jahe. "Selain makanan khas, bisnis angkringan juga harus menjaga makanan khas tradisional Jawa seperti pelayanannya dan menjaga suasananya agar tercipta atmosfir nostalgia untuk setiap pengunjung," kata Lutfi.
Pada awalnya Lutfi membuka angkringan di Jalan Melur, Pekanbaru Riau, dengan sistem modal bersama dengan Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada di Pekanbaru. Bisnis itu kemudian berkembang, dan kini "Anglo Angkringan" membuka satu cabang lagi di Jalan Arengka, Pekanbaru Riau.
Menurut Lutfi, strategi bisnis angkringan dimulai secara sederhana yaitu lewat promosi dari mulut ke mulut saja. Dan saat ini angkringan mulai punya pelanggan tetap dari kalangan komunitas, para perantau dari Jawa yang bekerja di Pekanbaru, hingga mahasiswa dan warga Pekanbaru yang masih berkuliah dan alumni dari universitas di Jogja.
Salah seorang pengunjung, Merry Adriyani, menyatakan awalnya memilih angkringan karena harga makanan yang dijual sangat murah dibandingkan dengan tempat makan lainnya di Pekanbaru Riau. Namun, ia kemudian mengaku tertarik karena suasana kekeluargaan yang sangat kental di angkringan ini. Ia mengatakan bahwa, banyak mengenal teman-teman baru dari berbagai kalangan dari tempat makan sederhana itu.
"Angkringan yang dulu identik dengan warung rendahan, kini sudah menjadi tempat berkumpul semua kalangan tak memandang status dan usia karena suasana kumpul-kumpul yang buat angkringan itu wajib untuk dijadikan tempat "nongkrong"," kata Merry Adriyani. Gimana mau coba usaha ini..?? semoga anda selalu beruntung..selamat mencoba.