Nilai Tukar Rupiah Melemah Minggu ini - Di tengah belum jelasnya arah penyelesaian krisis keuangan di Eurozone, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak dengan kecenderungan konsolidasi hingga melemah pada pekan ini. Penantian pasar atas rilis data produk domestik bruto awal pekan ini dan BI Rate di pertengahan pekan memunculkan sinyal terbatasinya gerak rupiah.
Analis BNI Treasury, Apressyanto Senthaury, di Jakarta, Senin (7/5/2012) memprediksi GDP kuartal 1 RI diestimasi menurun (6,32 persen vs. 6,49 persen). Sedangkan BI Rate diprediksi tetap di level 5,75 persen.
Namun, kuatnya sentimen negatif akibat pengaruh perekonomian global yang tidak pasti bakal lebih memberatkan pergerakan mata uang RI. Pekan lalu, rupiah bergerak dengan kecenderungan melemah pada kisaran 9.182 - 9.205.
"Baik Amerika maupun Eropa masih akan menjadi fokus utama investor dunia di tengah persoalan ekonomi yang cenderung mendorong partisipan pasar memihak safe-haven USD," kata Apressyanto.
Sedangkan, permasalahan terkait harga bahan bakar minyak bersubsidi di dalam negeri tak juga surut menjadi beban buat pemerintah Indonesia. Situasi ini berpeluang memberikan tambahan sentimen negatif bagi rupiah.
Namun demikian, rencana lelang Surat Berharga Syariah Negara pada 8 Mei mendatang berpotensi mengurangi tekanan atas rupiah. Dengan target senilai Rp 1 triliun dan melibatkan 5 seri Sukuk (1 seri SPN dan 4 seri PBS) diekspektasi memperoleh respon positif pemain lokal & asing.
Itu berarti harapan dukungan buat rupiah menjauhi level lemahnya mengemuka. Hal ini bersamaan dengan sinyalemen pengawalan ketat BI terhadap pergerakan rupiah demi pencapaian stabilitas moneter. Hingga rupiah pun dinilai masih akan aman berada di koridornya.